Beda Usia Why Not?
Prolog
RELA, 1 kata sederhana terdiri dari 4 huruf tapi begitu sulit
dilakukan oleh hati. Sampai detik ini aku masih belum merelakan kepergiannya. Kepergiannya
membawa pergi seluruh hatiku. Hingga aku tak bisa lagi jatuh cinta. Bahkan aku
tak mengerti apa itu cinta? Dia selalu bermain di setiap mimpi-mimpiku. Dan dia
juga yang menghampakan hari-hari yang kulalui.
Aku tak sanggup
terjaga lagi. Aku bagaikan seonggok jiwa tanpa raga. Melayang lemah di muka
bumi ini. Penuh warna, tapi aku tak ingat siapa diriku? Yang kuingat hanyalah
pelukan terakhirmu untukku.
“Nona manis
saatnya disuntik dulu ya? Biar cepat sembuh,” ujar seorang pria yang memakai
jas putih.
“Aku nggak mau
disuntik aku mau ke surga nyusul dia!” teriakku. Aku hendak berdiri namun pria
berjas putih itu menahanku. Aku meronta sekuat tenaga. Tak lama kemudian aku
merasakan jarum sentik menyentuh kulitku. Seketika gelap. Tak tahu apa yang
terjadi. Semoga saat aku membuka mata, aku telah berada di surga bersama dia
yang kucinta.
1.
My Life
Aku turun dari
mobil mewah. Kini aku telah tiba di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Semua mata tertuju padaku. Siapa sih yang tak mengenalku? Aku adalah Tantrini
Aditya Putri, anak dari pengusaha besar di Indonesia. Aditya putra itu lah nama
ayahku. Dia pemilik radio
terbesar di Indonesia, bahkan memiliki cabang di luar negeri. Hal inilah yang
membuatku selalu dikejar-kejar cowok.
Lebih dari 10
cowok cintanya aku tolak mentah-mentah. Sampai detik ini aku belum tertarik
oleh cinta. Bukan karena aku nggak normal, tapi karena aku merasa tidak
memerlukan cinta. Setiap saat aku menghabiskan waktu bersama 4 sahabatku,
Helena, Iqbal Revalina, dan Revando. Selain itu cowok-cowok yang pernah
menyatakan cinta padaku, bukan termasuk type cowok idamanku. Aku mendambakan
cowok seperti Robert Pattison, itu
lho pemeran Edward Cullen di film Twiligth.
4 sahabatku itu
sebenarnya masih ada ikatan saudara denganku. Helena adalah anaknya Om Tony dan
tante Hilda. Kata mamaku sih om Tony itu kakaknya papa yang sudah meninggal.
Karena om Tony juga lah papanya sekarang jadi kaya. Ya, separo harta om Tony
diwariskan pada papaku. Berarti aku dan Helena sepupuan. Iqbal anaknya om
Furqon, om Furqon adalah adiknya papa, aku dan Iqbal sepupuan. Revalina dan
Revando, mereka saudara kembar. Mereka anak tante Rara, adik angkat mamaku.
Drtttttt ….
Drttttttttt handphone di tanganku bergetar. Aku langsung menekan tombol
Answers, tanpa melihat siapa yang menelponku.
“Gue dah ada di kampus nih, kalian ada dimana? Oh,
di kantin. Oke gue egera ke sana.” ucapku. Sambungan telpon pun terputus. Ya,
orang yang nelpon barusan adalah Helena. Aku segera menuju kantin.
Aku tiba di
kantin. Suasana kantin sangat ramai. Secara makanan yang di kantin ini sangat
enak. Tak jika banyak mahasiswa dan mahasiswi lebih memilih sarapan di kantin
daripada sarapan di rumah.
Aku
celingak-celinguk mencari 4 sahabatku. Biasanya aku dan mereka makan di meja
nomor 2. Tapi kenapa sekarang meja tersebut ditempati orang lain? Kemana
mereka? Tiba-tiba handphoneku bergetar lagi. Di layar tertulis 1 pesan
diterima. Cepat-cepat aku membuka pesan tersebut.
From : Helena
Gue dan teman2
ada di meja nomor 10. Meja paling pojok sebelah kiri.
Aku mengedarkan
pandanganku ke meja nomor 10. Dan
ternyata benar 4 sahabatku sudah nangkring di sana. Sebelum aku menghampiri
mereka, aku memesan makanan terlebih dahulu.
“Bu, aku pesen
nasi rames seperti biasa ya? Minumnya es jeruk, terus nanti makanannya diantar
ke meja nomor 10 ya?” Meskipun aku anak orang kaya tapi makanan kesukaanku
tetap nasi rames. Ibu penjaga sudah hapal porsi pesananku.
“ Baik Neng. Oh
iya Neng tadi ada yang bunga ini katanya buat Neng Tantrini,” ucap Ibu penjaga
kantin. Aku menerima bunga yang diberikan ibu penjaga kantin. Ditangkai bunga
ada terikat sebuah kertas. Aku baca kertas tersebut.
Bunga mawar
yang cantik, khusus aku berikan pada nona yang cantik pula by Pengagum
rahasiamu
Aku mengernyitkan dahi. Ini kelima kalinya aku menerima bunga mawar
dari pengagum rahasia. Aku penasaran siapa sih pengagum rahasiaku?
“Woy, Tantri cepat
sini!” teriak Helena. Teriakan itu memnbuyarkan lamunanku. Aku pun bergegas
menghampiri Helena dan 3 temanku yang lain.
Sekarang aku telah
berada di meja nomor 10.
“Ciyeeeeee , yang
dapet bunga mawar lagi dari pengagum rahasia?” ujar Revalina membuka
percakapan.
“Ya gitu deh.”
Jawabku singkat.
“Tan, lo nggak
penasaran ma pengagum rahasia lo? Kenapa lo nggak ajakin dia ketemuan aja?
Siapa tahu pengagum rahasia lo mirip Robert Pattison,” celetuk Helena.
Aku terdiam sesat. Kata-kata Helena ada benarnya juga. Aku melirik
kea rah Iqbal, ingin minta pendapatnya. Tapi ternyata wajah Iqbal terlihat
murung, seperti orang nggak makan selama sebulan.
“Bal, lo kenapa? Lo sakit?” tanyaku.
“Nggak apa-apa kok,” jawabnya singkat.
Aku tahu betul sifat Iqbal. Meskipun mulutnya berkata tidak tapi
aku tahu hati Iqbal ada apa-apa. Aku harus cari tahu apa yang dialami Iqbal.
Tiba-tiba nasi rames pesananku dating. Langsung saja aku melahap nasi rames
tersebut.
“Oh ya hari ini kita mau kemana?” Tanya Iqbal mengalihkan
pembicaraan.
“Ke mall,” jawabku.
Ya, begitulah aku dan teman-teman kami malas kuliah. Aku ke kampus
hanya untuk makan nasi rames. Setelah itu bolos kuliah. Aku masuk kuliah hanya
pada saat mata pelajaran Pak Lucas, dia dosen tercakep di universitas ini. Pak
Lucas berusia 35 tahun, beliau masih single. Penampilan pak Lucas mirip dengan
penampilan Robert Pattison. Hal itu lah yang membuat aku kesemsem dengan
beliau.
“Sori, Tan. Gue dan Revalina nggak bisa ikut ke mall, kami dimarahin
mama karena keseringan bolos kuliah,” ucap Revando.
“Kok bisa ketahuan
sih?”
“Ya, kami kan anak
baik dan jujur jadi nggak bisa bohong ma mama,” sahut Revalina.
“Kalau lo gimana
Hel? Bisa ikut?” tanyaku pada Helena.
“Gue juga nggak
bisa ikut. Kata mama gue kalau ketahuan bolos lagi maka uang jajan gue
dipotong,” ujar Helena. Aku hanya bisa manyun.
“Tenang, masih ad
ague yang selalu setia menemani lo, Tan.” Sahut Iqbal tiba-tiba. Aku langsung
memeluk Iqbal.
“Thanks Iqbal, lo
emang sahabat sekaligus sepupu gue yang paling baik.”
****
Kini gue telah
berada di sebuah taman yang sangat indah. Taman ini penuh bunga-bunga. Dan di
ujung taman ada air terjun. Apakah taman ini adalah taman surga? Siapa yang
membawa gue ke sini? Tiba-tiba ada menyentuh pundak gue. Gue membalikkan badan.
Ternyata di belakang gue telah berdiri seorang wanita sangat cantik mirip Bella Swan, dia memakai gaun putih yang
sangat anggun. Wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Reisha, kekasih gue
yang meninggal 20 tahun silam.
“Edward, maafkan
aku,” ucap Reisha.
“Maaf kenapa? Kamu
nggak pernah punya salah ma aku.”
“Maaf karena aku
selalu menemuimu, kamu sampai saat ini belum menikah juga. Edward kehadiranku
kali ini sebagai kehadiran terakhir kalinya. Aku takkan muncul lagi. Aku mohon
lupakan aku, menikah lah dengan wanita lain.” Ucapnya dengan wajah sedih.
“Riesha, jangan
bicara seperti itu. Mana mungkin aku bisa menikah dengan wanita lain, dalam
hatiku hanya ada kamu. Aku ingin kamu yang menikah denganku.”
“Edward kita beda
alam. Sampai kapan pun kita takkan pernah bisa bersatu! Maaf waktuku telah
habis. Aku harus pergi. Selamat tinggal Edward!” perlahan-lahan Reisha
menghilang dari penglihatan gue.
“Reisha, jangan tinggalkan
aku! Aku tak bisa hidup tanpamu!” teriak gue sekeras-kerasnya. Seketika gue
terbangun dari tidur.
Kesekian kalinya
gue mimpi Riesha. Tapi kenapa kali ini Reisha meminta gue menikah dengan wanita
lain? Sanggup kah gue memenuhi permintaan Reisha?
Gue Edward, usia
gue 37 tahun. Sejak kepeergian Reisha, hati gue tertutup oleh wanita mana pun.
Hanya Reisha lah satu-satunya wanita yang mirip Bella Swan. Selain cantik
Reisha juga baik hati dan setia kawan. Reisha meninggal karena dibunuh Lidya,
sahabatnya sendiri.
Gue melirik jam
weker. Jarum jam telah menunjukkan pukul setengah Sembilan pagi. Gue langsung
ngacir ke kamar mandi. Gue nggak mau telat masuk kantor. Gue saat ini kerja di
Ariny radio. Radio milik om Adit. Om Adit adalah sahabat papa angkat gue. Ya,
saat ini gue tinggal bersama mama dan papa angkat gue. Orangtua kandung gue
sudah meninggal. Walaupun mereka hanya orangtua angkat gue tapi mereka sangat
menyayangi gue. Semua keinginan gue pasti dituruti.
No comments:
Post a Comment