Jejak-jejak Karyaku

Showing posts with label Catatan Harianku. Show all posts
Showing posts with label Catatan Harianku. Show all posts

Saturday, November 9, 2019

Kesan Pertemuan dengan Bos Ragiel

Hello, blogger. Udah lama gue gak cuap-cuap di blog. Nah, hari gue mau cuap-cuap lagi. Mau bahas tentang KESAN PERTEMUAN DENGAN BOS RAGIEL.

Thursday, June 6, 2019

QnA Seputar Dunia Literasi

 Q : Kak, gimana caranya nulis novel?
A : jawabannya ada di link di bawah ini
http://arinynurulhaq91.blogspot.com/2018/07/yuk-belajar-nulis-novel-part-1.html?m=1

Dialog tag :

Monday, May 27, 2019

4 Hal yang Bikin Gue Tertarik Beli Novel Orang

Sejak gue getol repiew nopel orang banyak yang inbox, "coba review nove ini itu dong"
Terus ada yang inbox, "beli novelku dong. Rela deh direpiew pedes."
Semua gue read doang. Mon maap nih bukannya somse atau gimana, gue kalau beli nopel olang mesti selektif.
Ada beberpaa hal yang bikin gue tertarik beli

Friday, April 26, 2019

Hah? Hadiahnya Kok Cuma Sertifikat Doang?

Sering kali gue mendapati nyinyiran di lapak penerbit indie seperti ini, "hah, hadiahnya dikit banget? Kok sertifikat doang sih?"
Di postingan ini gue akan bahas pandangan gue selaku penerbit indie dan pernah jadi Dedek Gemes (penulis pemula).

Monday, January 21, 2019

Awal Mula Gue Bangun Banyak Cabang AT

#CeSyanStory
Kali ini gue mau cerita soal pertama kali muncul ide gue bangun bangun banyak cabang AT.
Jadi gini, 13 september 2016 Tuhan mempertemukan gue sama Mas Manis (nama kesayangan gue buat Mas Agus)

Sunday, January 13, 2019

Jadi CEO itu Nggak Seindah di Wattpad

Hello, Blogger. Udah lama yo gue nggak curhat di blog? Maklumlah sejak jadi CEO AT jarang curhat di blog. Kali ini gue mau curhat. Curhatan gue nggak jauh-jauh tentang jadi CEO. Baca sampai abis ya.

Monday, August 13, 2018

Kenapa Buku Terbitan Indie Lebih Mahal Dibanding Terbitan Mayor?

Sering kali gue ada baca komen, "kok harganya lebih mahal dari buku mayor? Padahal jumlah halamannya sama."
Kamu juga bakal mikir kek gitu kah? Baiklah, dipostingan ini gue bakal bahas kenapa buku indie lebih mahal dari mayor?

Saturday, July 14, 2018

Lebih Enak Jadi Novelis atau CEO Penerbitan?



Kemarin ada yang nanya di inbox FB, “Menurut Kak Rin lebih enak jadi novelis atau CEO Penerbitan?”
            Menurut gue pribadi, jadi novelis atau CEO Penerbitan sama enaknya. Kalau memang disuruh milih salah satu, maka gue bakal memilih CEO Penerbitan. Berikut alasan detailnya :

Friday, July 13, 2018

Akankah AT Press Akan Jadi Mayor Label?



Sejak AT resmi punya akta notaris dengan nama CV. AT Press, aku langsung membuka cabang sekaligus. All cabang aku suruh berburu naskah di wattpad dan KBM (Komunitas Bisa Menulis). Hal pertama yang mereka tanyatakan ketika naskahnya dipinang AT, “Buku terbitan AT beredar di Gramed?”
            Setelah dijawab, “AT masih indie tapi naskah kakak bakal terbit gratis.” Penulis wattpad/KBM itu. MUNTABER alias mundur secara bertahap. Bahkan ada nggak respon chat AT lagi. Rasanya itu sakit tapi nggak berdarah.
            Di mata Dedek Gemesh (Read : penulis yang baru mulai nulis novel) kalau buku mejeng di Gramedia itu keren banget. Padahal sesuatu yang Nampak keren, nggak sekeren kenyataannya. Belum tahu kejamnya toko buku sih.
            Buku yang mejeng di Gramed belum tentu laku banyak. Gramed menetapkan peraturan ‘kalau buku penjualan nggak laku 100 eks dalam 3 bulan, maka buku diretur ke penerbit’ alhasil buku itu masuk gudang, bazar dan bahkan penulis disuruh jual bukunya sendiri.
            Dengan kata lain mayor menang digengsi kalau penulis udah punya banyak followers lebih menguntungkan terbit di indie.
            Ngomongin soal mayor, banyak juga yang mendoakan AT segera jadi mayor label. Makasih udah doain AT yang baik-baik. Waktu awal aku mendirikan AT, aku emang punya ambisi menjadikan AT mayor. Tapi setelah ngobrol dengan beberapa owner penerbit indie, aku jadi mikir sejuta kali buat mewujudkan ambisi itu. Berikut penjelasannya :




Setelah memikirkan matang-matang ucapan Mbak Nisa Ae, daripada aku menghabiskan duit puluhan juta demi mengejar gengsi padahal belum pasti hasilnya, mending juga buka cabang AT di 34 provinsi seluruh Indonesia.
Cabang lebih menjanjikan. Aku juga bisa membuka lowongan kerja yang banyak sekaligus melatih penulis berwirausaha. Mimpi punya cabang udah mulai diwujudkan. Semenatara baru 5 cabang. Medan, Bangka, Jabodetabek, Solo, Surabaya dan Makassar. Doain aja ke depannya AT bakal menambah cabang di 34 provinsi di Indonesia. Kalau perlu di semua kota sam;pai pelosok Indonesia ada cabang AT :v

Sunday, March 18, 2018

Pengalaman Menghadiri Gala Premier


Tanggal 29 November aku jalan-jalan ke Jekardah. Sampe Jekardah, Akai – sohib gue WA. Dia ngirimin undangan gala premier Chrisye di XXI Epicsentrum, “Lo ngefans ma Andi Arsyil kan? Nih, gue dapet undangan dari kantor, kalau lo mau ketemu Andi ikut gue ke gala premier Chrisye.”
          Ketemu Andi Arsyil dan menghadiri gala premier kapan lagi coba? Boro-boro menghadiri gala premier, nonton bioskop aja terakhir kali pas film Titanic th 1996 lalu. Di Martapura nggak ada bioskop. Adanya di Duta Mall Banjarmasin. Jarak MTP-BJM lumayan jauh. 1 jam naik mobil dulu.

Thursday, March 15, 2018

Kita Pasti Pernah Alay


Dalam seminggu ini dunia hiburan heboh bahas video Om Deddy C yang tentang menyindir ‘acara alay’ Video itu kini sudah ditonton 900 ribu lebih. Seperti biasa, setiap yang dilakukan artis pasti ada pro dan kontra. Nah, salah satu yang pro terhadap video Om Deddy adalah KPI. Sampai memberikan penghargaan special.
         Sedangkan yang kontra Astrid Kuya. Dia sampe ngedumel di insta story instagramnya seperti ini, “Alay nggak dosa. Yang dosa sombong dan pamer.” Wuih, banjir komentar di postingan Tante Astrid. Salah satu komentar yang aku inget kayak gini, “Alay itu artinya berlebihan. Dalam islam kita dilarang berlebihan. Berarti alay juga masuk dosa.”

Wednesday, March 14, 2018

Galau Masih Berlanjut

Pasca 2 hari setelah kasus modif ide ABNT, galau masih berlanjut. Aku dah berusaha melupakan tapi nyatanya luka itu sulit dihapus. Terlebih saat postingan kemarin ada satu koment yang bikin hatiku sakit banget. Komentnya seperti ini :

Monday, March 12, 2018

Kalau Mau Modif Ide Orang itu Main Cantik Dong!


Kasus Juan dan Rio Kampret terulang lagi. Jika 2 makhluk itu bikin project serupa ma TAT, kali ini ada yang ngadain program serupa dengan ABNT.
          Jadi ceritanya pas aku bangun bobo, buka WA liat ada postingan teman yang bikin mata gue melebar – sebuah program konsepnya mirip ma ABNT. Ini infonya.

Sunday, March 11, 2018

Semakin sukses Project Arsha Teen Semakin Banyak yang Nyinyir


Sejak tahun 2014, Arsha Teen beberapa kali bikin event. Mulai dari event cerpen, ff, fts, atau novel tema pilihan sampai bimbingan novel. Semua event yang aku sebutin jumlah pesertanya bisa dihitung jari. Mungkin karena hadiah kurang gede, makanya pada males ikut.  Tahun 2016 aku berpikir keras bikin sebuah project beda dari yang lain. Peserta yang ikut bukan untuk mengejar hadiah, melainkan melatih kemampuan menulisnya. Maka terciptalah project TAT dan ABNT. Bagi yang belum tau project itu silakan klik link : 

Wednesday, March 7, 2018

Apa Tujuan Gue Mencyduk Penerbit Abal-abal?


Kasus penerbit abal-abal sendiri sudah marak di dunia literasi sejak tahun 2012. Tapi semakin parah dan heboh tahun 2016. Kenapa? Gara-gara kemunculan Juan Kampret dan Rio mengaku bisnis dikelolanya mayor label. Ada banyak penulis mayor kena tipu, termasuk gue.
Sejak saat itu gue bertekad pengen bikin komunitas mencyduk abal-abal sejak dini. Tujuannya biar penulis pemula, gak kena tipu. Ide gue didukung teman-teman. Jadilah gue bikin KPPA (Komisi Pemberantas Penerbit Aba-abal). Sepanjang tahun 2016-2017 ada puluhan penerbit yang gue bongkar abal-abalannya. Apa aja?

Saturday, December 23, 2017

Tugas Editor Bukan Cuma Ngurusin TYPO Doang!



Semakin ke sini semakin banyak yang nyinyir. Kalau kemarin aku bahas orang nyinyir penerbit indie, kali ini aku bahas orang yang nyinyir soal EDITOR. Kebetulan beberapa hari yang lalu, ada yang koment di statusku kek gini, “Editor kok sering typo.” Gue bacanya kzl. Seolah-olah dia bilang gue belum layak jadi editor. Makanya kemarin spontan langsung blokir dia. Sesaat kemudian gue mikir, mungkin dia belum ngerasain beratnya jadi editor.
            Nih, tak kasih tau ya guys. Jadi editor gak segampang yang lu bayangin. Kesuksesan penjualan buku memang di tangan marketing, tapi kesuksesan isi buku di tangan editor. Ketika seseorang memutuskan jadi editor, berarti dia siap dibebani tanggung jawab besar di pundaknya.
            Tugas editor sendiri bukan Cuma ngurusin typo dan EyD doang. Ada banyak hal lain :

Wednesday, December 20, 2017

Emang Kenapa Penerbit Indie Mewajibkan Penulis Beli Bukunya Sendiri? Masalah buat lu?



Ada sebuah grup kepenulisan di facebook, anggotanya itu kebanyakan kalau koment hawanya panas dan terkesan demen ngajak penerbit indie berantem. Seperti beberapa hari lalu aku dibikin kesel sama salah satu anggota di grup itu. Dia nyeletuk gini di postingan penulis AT, “untung kamu nggak disuruh beli bukumu sendiri.”
            Kesannya penerbit indie demen maksa penulis beli bukunya sendiri. Lah, emang kenapa penerbit indie mewajibkan penulis beli bukunya sendiri? Apakah di matamu penerbit indie itu dzolim karena memanfaatkan penulis doang? Kamu juga perpikiran seperti itu? Jika iya, berarti pikiranmu sesempit lubang hidung lagi pilek.

Monday, June 12, 2017

Alasanku Menyerang AFI

Sebenarnya soal plagiasi udah sejak ada dari dahulu kala. Waktu 2012-awal kemunculanku di dunia literasi, ada beberapa orang yanng terbukti plagiat. Tapi aku gak ikut-ikutan ngebully orang itu. Dalam hati bergumam, "Toh, yang diplagiat bukan karya gue."
Semua berubah ketika konsep project TAT-ku dijiplak dan bongkar pasang sama orang. Aku marah plus sakit hati. Asal tau aja konsep TAT itu aku susun secara matang selama 3 hari setelah pulang dari Jogja th 2016. Dia dengan enaknya copas projectku gak sampe satu jam.
Rasanya itu sama kayak ketika kita udah merencanakan konsep pernikahan secara matang, pas hari H pernikahan calon suami kita diambil orang. Terus si pecalakor (perebut calon suami orang) bawa calon suami kita operasi plastik biar keliatan wajah original.
Walau orangnya dah minta maaf tapi tetap saja sakit membekas di hati. Detik itu aku bersumpah akan memerangi plagiasi.
Dan kebetulan aku dapet kiriman foto dari teman tentang AFI plagiat buku chicken soup Tiffany.
Aku berang dan nyerang afi di status. Bahkan dua hari full ngebahas AFI tok.
Aku kebayang gimana sakitnya Tiffany, ketika menghasilkan karya sepenuh jiwa raga tiba-tiba dibongkar pasang sama anak SMA.
Jangankan karyaku dibongkar pasang, projectku aja dibongkar pasang aku gak rela dunia akhirat.

Fenomena AFI



          Selama satu bulan ini jagat maya di dI Indonesia dihebohkan dengan kemunculan AFI. Siapa sih AFI? Yang pastinya sih bukan Academy Fantasy Indonesia . Melainkan gadis berusia 18 tahun yang viral karena statusnya berjudul ‘WARISAN’ tak perlu lah aku copas ke postingan ini. Kalian pasti udah pada baca. Statusnya itulah yang membawa terbang ke Jakarta untuk menghadiri undangan presiden di istana negara serta talkshow televisi.
          Saat mengetahui AFI, perasaanku campur aduk. Antara bahagia dan ngenest. Bahagia karena ada anak muda yang cerdas tapi ngenesnya aku dah berjuang melahirkan puluhan novel  boro-boro diundang istana presiden, diundang Mata Najwa aja belum. Aku mah apa atuh, baru diundang Hitam putih dan dapet penghargaan telkomsel award sebagai ‘penulis novel online’
          Keesokan harinya beredar kabar salah salatu status AFI berjudul ‘agama dan cinta kasih’ hasil plagiat Mita Handayani. Di situ aku merasa menang. Walaupun aku masih belum ada apa-apanya, setidaknya aku disorot media berkat karya bukan hasil comot sana-sini.  Tak berapa lama akun AFI hilang.
          Dia kembali muncul dengan memposting status yang berjudul ‘WARUNG MAKAN’ lagi-lagi viral dan mirip banget sama status orang lain. Aku berpikir jangankan status, naskah wattpad, di blog yang dipasangin anti copy paste pun masih gampang diplagiat orang. Satu-satunya yang gak bisa diplagiat itu hanyalah rasa cintaku ke kamu #eeeaaa
          Malam harinya temenku ada koment ‘hati-hati novelmu bisa diplagiatin AFI juga.’ Dia mencamtumkan foto berisi AFI mengakui puisi Tiffany sebagai puisinya sendiri. Itu yang bikin aku geram dan ikut-ikutan koment di status AFI. Pada dasarnya si AFI ini orangnya angkuh bin sombong, klo koment krtikan dibilang haters dan iri. Ya Allah ngapain juga aku iri sama kamu, Dek?  Mendingan juga aku iri sama Mas Manis dan mas Andi vocalis Merpati Band. Yang jelas2 mereka punya prestasi.
          Kalau aku telisik menggunakan kacamata kematian, psikologis AFI itu sebelas dua belas ma Dijah Yellow dan Juan. Mereka sama-sama haus perhatian dan ingin diakui di masyarakat. Bedanya adalah :
          Dijah Yellow mendapat perhatian masyarat dengan cara bully artis-artis Indonesia, ngaku pacar Justin Bieber, dan nerbitin buku tebal 194 halaman seharga 149 ribu.
          -Juan mendapat perhatian orang dengan membuat penerbit abal-abal.
          -Afi mendapat perhatian dengan mengcopas sana sini biar dinilai anak yang cerdas.
          Padahal ada cara lain mendapatkan perhatian dan pujian dengan cara mulia yakni belajar menghasilkan karya yang baik dan benar. Sejatinya karya cepat atau lambat akan mengangkat nama penulis.
    

Sunday, June 19, 2016

Berbagi Kisah Liku-Liku Dunia Literasi




Dulu sama sekali nggak pernah punya keinginan jadi penulis. Cita-citaku sejak umur 13 tahun pengen jadi penyiar radio. Sayang, cita-citaku itu nggak terwujud gara-gara cuma lulusan Madrasah Tsanawiyah (setara SMP) dan kondisi fisikku. 
Tahun 2010 lulus MTs. Mamaku rempong nyuruh kerja bikin kerajinan manic lah, kursus jahit lah. Sayang semua profesi itu nggak bikin aku tertarik. Hingga akhirnya akhir tahun 2010, sohibku ngusulin aku untuk jadi penulis. Usulannya itu langsung bikin aku tertarik.