Pasca 2 hari setelah kasus modif ide ABNT, galau masih berlanjut. Aku dah berusaha melupakan tapi nyatanya luka itu sulit dihapus. Terlebih saat postingan kemarin ada satu koment yang bikin hatiku sakit banget. Komentnya seperti ini :
Seandainya sutradara film "Ariny, masih ada kereta yang akan lewat" dan bapaknya Marissa Haque itu sama egoisnya seperti anda mbak @Ariny, mungkin anda akan dituntut oleh mereka karena mencaplok judul film dan nama keluarga yang kemudian anda jadikan nama diri. Tak terbayang berapa triliyun yang harus anda bayar untuk kasus pencaplokan ini. Jangan lupa, itu judul film dan nama Fam lho....So intinya, jangan jadi manusia egois dengan selalu memojokkan orang lain, mengatakan kalo orang lain menjiplak ide lah, mengekor lah. Project anda itu terlalu mainstream, bukan ide orisinil...so jangan sombong dan egois mbak, wong identitas diri anda saja nyatanya hasil mencaplok koq. Maaf kalo kata-kata saya terlalu pedas, tapi memang seharusnya begitu. Wassalam.
Yang buat hatiku itu sakit itu ketika beliau bilang ide project-ku pasaran. Rasanya gatel pengen bales komentar beliau make kalimat, “Kalau make nama nabi mesti izin ke siapa? Wajah anak sampean juga pasaran.” Tapi aku urungkan. Ntar buntutnya bakal panjang. Beliau emak-emak. Dan emak-emak selalu benar.
Kalau mau nasehatin aku biar nggak egois dan sombong, nggak usah make kata itu juga kali. Sebuah ide itu diibaratkan wajah. Seorang ibu pasti marah ketika anaknya dihina wajah pasaran. Gimana pun wajah anak, itu hasil kerja keras dia dan bapak anak itu. Nah, begitu pula dengan ide, gimana pun bentuk ide tetap hasil kerja keras pemikiran kita.
Sebelum aku merilis sebuah project ke sosmed, aku udah cek ke google udah ada yang make ide itu belum? Emang ide project ABNT belum ada yang make. Rata-rata penerbit hanya nerima naskah utuh. Mana ada penerbit mau ngurus naskah telantar puluhan abad di folder pc. Kalau nggak percaya nih gue tunjukin ss hasil gugling.
Kalau misal ada penerbit yang ngadain project ngurus naskah telantar jauh sebelum ABNT dimulai tapi gak terdeteksi google coba tunjukin ke gue.
Mendadak inget Ratri Desmayana- penulis novel ‘Ups, Arla!’ tiap aku kena kasus dia selalu memberikan semangat untukku. Dia bilang gini, “Masalah bikin lu naik level, Rin.”
Duh, Gusti. Apakah ini juga termasuk ujian naik level? Kalau iya, kok nyesek amat ya? Terus nanti aku ditempatkan di level berapa?
Seandainya sutradara film "Ariny, masih ada kereta yang akan lewat" dan bapaknya Marissa Haque itu sama egoisnya seperti anda mbak @Ariny, mungkin anda akan dituntut oleh mereka karena mencaplok judul film dan nama keluarga yang kemudian anda jadikan nama diri. Tak terbayang berapa triliyun yang harus anda bayar untuk kasus pencaplokan ini. Jangan lupa, itu judul film dan nama Fam lho....So intinya, jangan jadi manusia egois dengan selalu memojokkan orang lain, mengatakan kalo orang lain menjiplak ide lah, mengekor lah. Project anda itu terlalu mainstream, bukan ide orisinil...so jangan sombong dan egois mbak, wong identitas diri anda saja nyatanya hasil mencaplok koq. Maaf kalo kata-kata saya terlalu pedas, tapi memang seharusnya begitu. Wassalam.
Yang buat hatiku itu sakit itu ketika beliau bilang ide project-ku pasaran. Rasanya gatel pengen bales komentar beliau make kalimat, “Kalau make nama nabi mesti izin ke siapa? Wajah anak sampean juga pasaran.” Tapi aku urungkan. Ntar buntutnya bakal panjang. Beliau emak-emak. Dan emak-emak selalu benar.
Kalau mau nasehatin aku biar nggak egois dan sombong, nggak usah make kata itu juga kali. Sebuah ide itu diibaratkan wajah. Seorang ibu pasti marah ketika anaknya dihina wajah pasaran. Gimana pun wajah anak, itu hasil kerja keras dia dan bapak anak itu. Nah, begitu pula dengan ide, gimana pun bentuk ide tetap hasil kerja keras pemikiran kita.
Sebelum aku merilis sebuah project ke sosmed, aku udah cek ke google udah ada yang make ide itu belum? Emang ide project ABNT belum ada yang make. Rata-rata penerbit hanya nerima naskah utuh. Mana ada penerbit mau ngurus naskah telantar puluhan abad di folder pc. Kalau nggak percaya nih gue tunjukin ss hasil gugling.
Kalau misal ada penerbit yang ngadain project ngurus naskah telantar jauh sebelum ABNT dimulai tapi gak terdeteksi google coba tunjukin ke gue.
Mendadak inget Ratri Desmayana- penulis novel ‘Ups, Arla!’ tiap aku kena kasus dia selalu memberikan semangat untukku. Dia bilang gini, “Masalah bikin lu naik level, Rin.”
Duh, Gusti. Apakah ini juga termasuk ujian naik level? Kalau iya, kok nyesek amat ya? Terus nanti aku ditempatkan di level berapa?
No comments:
Post a Comment