Kasus
Juan dan Rio Kampret terulang lagi. Jika 2 makhluk itu bikin project serupa ma
TAT, kali ini ada yang ngadain program serupa dengan ABNT.
Jadi ceritanya pas aku bangun bobo,
buka WA liat ada postingan teman yang bikin mata gue melebar – sebuah program
konsepnya mirip ma ABNT. Ini infonya.
Tahun lalu saat ABNT s1 ditutup gue
pernah update, “Kalau kalian mau telantar tetap dibimbing sampe ke ending dan
jadi buku? Bisa kok. Tapi nggak bisa gratis. Kudu berbayar 300k.”
Kebiasaan
buruk gue, klo lagi sebel gue mencak-mencak di status. Lapak status gue rame.
Kebanyakan mereka belain penerbit itu, mereka bilang konsep penerbit itu beda
ma ABNT. Iya, beda gaya bahasa dan endingnya doang. Gaya bahasa mereka
mengatasnamakan kelas menulis, gaya bahasa gue project. Endingnya mereka
mewajibkan beli buku terbitan mereka, sedangkan gue nggak. Tema dan backgrounnya sama.
Tema : sama-sama ngurusin naskah
telantar
Background : ngurusin naskah
telantar bisa gratis tapi ada waktunya. Setelah waktu berakhir, maka berbayar
300k.
Kenapa nggak sekalian make denda
selangit kalau peserta telat revisi? Biar makin plek gitu.
Gue tau di dunia ini nggak ada ide
yang murni orisinal. Semuanya sudah dimodif. Tapi kalau mau modif ide orang, main
cantik dong. Jangan make background yang sama kayak versi asli. Yup, yang gue permasalahin bukan idenya aja yang sama tapi background sama.
Misalnya kalau
kamu mau bikin program sama-sama mengangkat naskah telantar, maka backgroundnya
bisa divariasi dengan postingan, “Kamu punya naskah telantar? Yuk, konsultasikan
ke kami. Gratis. Tapi syaratnya kamu beli buku terbitan kami dulu ya.”
Contoh lain yang modif ide orang tapi
main cantik :
Novel Dear Nathan. DN temanya sama
kayak Trilogi Jingga punya bunda Esti. Sama-sama tentang konflik anak kembar.
Tapi backgroundnya beda.
DN : kembaran dibikin meninggal,
sedangkan Jingga 2 saudara kembar dibikin jatuh cinta dengan cewek yang sama.
Dengan gitu gue nggak perlu ngomel panjangxtinggixlebar. Terus ada yang nyeletuk, “Ya elah yang make berbayar 300k bukan punya lu doang.”
Dengan gitu gue nggak perlu ngomel panjangxtinggixlebar. Terus ada yang nyeletuk, “Ya elah yang make berbayar 300k bukan punya lu doang.”
Dari sekian banyak angka, kenapa
mereka juga milih 300k? Emang angka 300 merupakan angka keberuntungan?
Dari
kasus ini lumayan dapet hujatan. Ada yang bilang gue egois, lebay, sombong,
kepala batu, apalah. Gue nggak peduli. Mereka nggak tau betapa nyeseknya
perasaan gue, ketika ngeciptain ide ternyata ada yang miripin. Backgroundnya
sama pula.
Risiko terbesar ketika ada orang lain yang
programnya mirip dengan ide project kita adalah bakal ada yang nanya, “Kak Rin
penerbit ... lini AT ya? Soalnya programnya sama.” Pertanyaan itu pernah
dilontarkan sahabat gue waktu project TAT konsepnya diplagiat Juan dan Rio.
Ketahuilah bagi penerbit ide sebuah project merupakan identitas atau karakter penerbit itu. Walau ide itu dimodif sedemikian rupa, tetep aja nyesek. Ah, sudahlah. Kalian nggak akan ngerti perasaan gue. Yang hari ini ngehujat gue, gue doain suatu hari pemikiran kalian (ide, narasi atau apalah) dimodif orang. Biar kalian tau nyeseknya gue. :'(
Ketahuilah bagi penerbit ide sebuah project merupakan identitas atau karakter penerbit itu. Walau ide itu dimodif sedemikian rupa, tetep aja nyesek. Ah, sudahlah. Kalian nggak akan ngerti perasaan gue. Yang hari ini ngehujat gue, gue doain suatu hari pemikiran kalian (ide, narasi atau apalah) dimodif orang. Biar kalian tau nyeseknya gue. :'(
No comments:
Post a Comment