Semakin ke sini semakin banyak yang
nyinyir. Kalau kemarin aku bahas orang nyinyir penerbit indie, kali ini aku
bahas orang yang nyinyir soal EDITOR. Kebetulan beberapa hari yang lalu, ada
yang koment di statusku kek gini, “Editor kok sering typo.” Gue bacanya kzl. Seolah-olah
dia bilang gue belum layak jadi editor. Makanya kemarin spontan langsung blokir
dia. Sesaat kemudian gue mikir, mungkin dia belum ngerasain beratnya jadi
editor.
Nih, tak
kasih tau ya guys. Jadi editor gak segampang yang lu bayangin. Kesuksesan penjualan
buku memang di tangan marketing, tapi kesuksesan isi buku di tangan editor.
Ketika seseorang memutuskan jadi editor, berarti dia siap dibebani tanggung
jawab besar di pundaknya.
Tugas editor
sendiri bukan Cuma ngurusin typo dan EyD doang. Ada banyak hal lain :
1. Memangkas scene
atau tokoh gak penting
2. Mengarahkan penulis
agar tokohnya kuat dan bermain cantik
3. Mengarahkan
penulis agar plot terarah sampe ending
4. Mengarahkan
twist ending
5. Menentukan judul
dan blurb yang menarik
Dan masih banyak lagi tugas editor lainnya. Soal typo, typo
itu kadang tak kasat mata, walau kamu baca 10x pun tetap aja typo masih
terlihat ketika dicetak. Jadi jangan heran kalau novel Pakdhe Habiburrahman pun
masih banyak typo. Rata-rata penerbit raksasa (mizan the genk, GPU The genks
dan agromedia group) biar naskah bebas typo itu mereka make 5 editor sekaligus.
Penerbit indie mana sanggup kek gitu.
Tanpa editor
karyamu gak akan mejeng tjantik di Gramed. Dunia perfilman pun juga ada
editornya. Jadi, hargailah editor sekecil apapun jasanya.
No comments:
Post a Comment