Kemarin ada yang
nanya di inbox FB, “Menurut Kak Rin lebih enak jadi novelis atau CEO
Penerbitan?”
Menurut gue pribadi, jadi novelis
atau CEO Penerbitan sama enaknya. Kalau memang disuruh milih salah satu, maka
gue bakal memilih CEO Penerbitan. Berikut alasan detailnya :
Gue sudah menelan asam pahitnya jadi
penulis sejak tahun 2012.
1.
Gue pernah merasakan naskah diacc mayor tapi
buku nggak kunjung terbit. Bukan Cuma sekali tapi empat kali.
2.
Pernah merasakan naskah sudah acc, tandatangan
MoU mendadak batal beredar di took buku hanya karena nggak mencapai 100eks di
masa Preorder.
3.
Pernah merasakan naskah batal acc hanya karena
penerbit nggak mau naikin harga jual putus.
4.
Pernah terjebak penerbit abal-abal.
Gue capek menghadapi drama-drama itu, gue mencoba sesuatu
yang baru. Melahirkan bibit-bibit penulis baru yang berkualitas. Lahirlah AT.
Walau masih indie, tapi gue pengen penulis AT kualitas setara penulis mayor. Maka
dari itu di AT ada pembantaian naskah, project nulis novel yang melatih
kedisiplinan penulis dan melatih penulis bias menulis genre apapun.
Ada pepatah mengatakan, “Mensukseskan diri sendiri
memang membanggakan, tapi ada yang lebih membanggakan lagi yakni berhasil
mensukseskan orang lain.”
AT bukan semata-mata buat nebelin saldo ATM, tapi
sekaligus menabung amal jariyah. Menebar ilmu bermanfaat buat penulis baru. Gue
berharap semua penulis AT setelah nerbitin karya di AT bias bersaing dengan
penulis mayor yang sudah melalang buana di dunia literasi.
No comments:
Post a Comment