Jejak-jejak Karyaku

Saturday, July 14, 2018

Lebih Enak Jadi Novelis atau CEO Penerbitan?



Kemarin ada yang nanya di inbox FB, “Menurut Kak Rin lebih enak jadi novelis atau CEO Penerbitan?”
            Menurut gue pribadi, jadi novelis atau CEO Penerbitan sama enaknya. Kalau memang disuruh milih salah satu, maka gue bakal memilih CEO Penerbitan. Berikut alasan detailnya :


            Gue sudah menelan asam pahitnya jadi penulis sejak tahun 2012.  
1.      Gue pernah merasakan naskah diacc mayor tapi buku nggak kunjung terbit. Bukan Cuma sekali tapi empat kali.
2.      Pernah merasakan naskah sudah acc, tandatangan MoU mendadak batal beredar di took buku hanya karena nggak mencapai 100eks di masa Preorder.
3.      Pernah merasakan naskah batal acc hanya karena penerbit nggak mau naikin harga jual putus.
4.      Pernah terjebak penerbit abal-abal.
Gue capek menghadapi drama-drama itu, gue mencoba sesuatu yang baru. Melahirkan bibit-bibit penulis baru yang berkualitas. Lahirlah AT. Walau masih indie, tapi gue pengen penulis AT kualitas setara penulis mayor. Maka dari itu di AT ada pembantaian naskah, project nulis novel yang melatih kedisiplinan penulis dan melatih penulis bias menulis genre apapun.
Ada pepatah mengatakan, “Mensukseskan diri sendiri memang membanggakan, tapi ada yang lebih membanggakan lagi yakni berhasil mensukseskan orang lain.”
AT bukan semata-mata buat nebelin saldo ATM, tapi sekaligus menabung amal jariyah. Menebar ilmu bermanfaat buat penulis baru. Gue berharap semua penulis AT setelah nerbitin karya di AT bias bersaing dengan penulis mayor yang sudah melalang buana di dunia literasi.

No comments:

Post a Comment