#Yuk,Belajar nulis part 1
Yang biasa dilakukan penulis pemula adalah, setiap akhir dialog pasti ada kata 'tanya, ujar, jawab sapa, tutur, dll
ex :
“Hello Miss, good afternoon,” sapa Hanum.
“Hello,” balas perempuan berkerudung itu sembari menerima jabat tangan Hanum.
“Boleh aku bertanya, tadi aku perhatikan kamu melempar sesuatu ke Sungai Seine, apa sebenarnya yang kamu lakukan dan mengapa kamu tadi terlihat khusyuk berdoa?” tanya Hanum dengan lembut.
“Tadi aku melemparkan sebuah kunci setelah mengikatkan gemboknya pada pagar Jembatan Pont Des-Arts ini. Pasti kamu baru ke sini sehingga kamu belum mengetahui bahwa setiap hari puluhan orang berdatangan ke sini hanya untuk menanam rahasianya di dasar Sungai Seine. Setiap orang mempunyai rahasia yang hanya dia dan Tuhan yang mengetahuinya,” balas perempuan itu sambil memandang ke arah hamparan air Seine.
“Maaf,” ujar Hanum dengan tersenyum.
“Aku ke sini bukan untuk menanam sebuah rahasia. Aku ke sini hanya iseng saja. Aku menuliskan nama Allah dan namaku. Dan berdoa semoga dengan doa dari gembok ini aku tetap mantap untuk beriman, selalu mengingat akan keagungan-Nya dan bersyukur atas pemberian-Nya, sebagai Sang Pencipta alam semesta,” katanya dengan penuh percaya diri sambil menunjuk ke arah langit biru.
“Tapi apakah bisa seperti itu? Bukankah kita lebih baik berdoa saja di tempat ibadah dan tidak di sini,” kata Hanum seraya mengenyritkan dahi.
Yang biasa dilakukan penulis pemula adalah, setiap akhir dialog pasti ada kata 'tanya, ujar, jawab sapa, tutur, dll
ex :
“Hello Miss, good afternoon,” sapa Hanum.
“Hello,” balas perempuan berkerudung itu sembari menerima jabat tangan Hanum.
“Boleh aku bertanya, tadi aku perhatikan kamu melempar sesuatu ke Sungai Seine, apa sebenarnya yang kamu lakukan dan mengapa kamu tadi terlihat khusyuk berdoa?” tanya Hanum dengan lembut.
“Tadi aku melemparkan sebuah kunci setelah mengikatkan gemboknya pada pagar Jembatan Pont Des-Arts ini. Pasti kamu baru ke sini sehingga kamu belum mengetahui bahwa setiap hari puluhan orang berdatangan ke sini hanya untuk menanam rahasianya di dasar Sungai Seine. Setiap orang mempunyai rahasia yang hanya dia dan Tuhan yang mengetahuinya,” balas perempuan itu sambil memandang ke arah hamparan air Seine.
“Maaf,” ujar Hanum dengan tersenyum.
“Aku ke sini bukan untuk menanam sebuah rahasia. Aku ke sini hanya iseng saja. Aku menuliskan nama Allah dan namaku. Dan berdoa semoga dengan doa dari gembok ini aku tetap mantap untuk beriman, selalu mengingat akan keagungan-Nya dan bersyukur atas pemberian-Nya, sebagai Sang Pencipta alam semesta,” katanya dengan penuh percaya diri sambil menunjuk ke arah langit biru.
“Tapi apakah bisa seperti itu? Bukankah kita lebih baik berdoa saja di tempat ibadah dan tidak di sini,” kata Hanum seraya mengenyritkan dahi.
kebayang gak jika 100 hah penulisan dialognya kayak gitu? aku yang masih editor ecek2 aja baca dialog model gitu, sangat amat melelahkan. hanya bertahan 2 hal.
terus gimana dong cara mengolah dialog yang baik? bisa kamu akalin dengan memasukkan ekspresi atau gerak gerik tokoh. seperti contoh screenshot di foto ini.
terus gimana dong cara mengolah dialog yang baik? bisa kamu akalin dengan memasukkan ekspresi atau gerak gerik tokoh. seperti contoh screenshot di foto ini.
Setidaknya contoh di foto bisa bikin aku betah baca naskahmu sampe ending.
Yuk, benahi penulisan dialogmu dari sekarang!
sementara itu dulu yang aku bagikan, pantengin aja statusku. kalo lagi baik bakal share ilmu nulis lagi
Ceritanya menarik :)
ReplyDelete