Sejak AT resmi punya
akta notaris dengan nama CV. AT Press, aku langsung membuka cabang sekaligus.
All cabang aku suruh berburu naskah di wattpad dan KBM (Komunitas Bisa
Menulis). Hal pertama yang mereka tanyatakan ketika naskahnya dipinang AT, “Buku
terbitan AT beredar di Gramed?”
Setelah dijawab, “AT masih indie
tapi naskah kakak bakal terbit gratis.” Penulis wattpad/KBM itu. MUNTABER alias
mundur secara bertahap. Bahkan ada nggak respon chat AT lagi. Rasanya itu sakit
tapi nggak berdarah.
Di mata Dedek Gemesh (Read : penulis
yang baru mulai nulis novel) kalau buku mejeng di Gramedia itu keren banget.
Padahal sesuatu yang Nampak keren, nggak sekeren kenyataannya. Belum tahu kejamnya
toko buku sih.
Buku yang mejeng di Gramed belum
tentu laku banyak. Gramed menetapkan peraturan ‘kalau buku penjualan nggak laku
100 eks dalam 3 bulan, maka buku diretur ke penerbit’ alhasil buku itu masuk
gudang, bazar dan bahkan penulis disuruh jual bukunya sendiri.
Dengan kata lain mayor menang
digengsi kalau penulis udah punya banyak followers lebih menguntungkan terbit
di indie.
Ngomongin soal mayor, banyak juga
yang mendoakan AT segera jadi mayor label. Makasih udah doain AT yang baik-baik. Waktu awal aku mendirikan AT, aku emang
punya ambisi menjadikan AT mayor. Tapi setelah ngobrol dengan beberapa owner penerbit
indie, aku jadi mikir sejuta kali buat mewujudkan ambisi itu. Berikut
penjelasannya :
Setelah memikirkan matang-matang ucapan Mbak Nisa Ae, daripada aku
menghabiskan duit puluhan juta demi mengejar gengsi padahal belum pasti hasilnya,
mending juga buka cabang AT di 34 provinsi seluruh Indonesia.
Cabang
lebih menjanjikan. Aku juga bisa membuka lowongan kerja yang banyak sekaligus
melatih penulis berwirausaha. Mimpi punya cabang udah mulai diwujudkan.
Semenatara baru 5 cabang. Medan, Bangka, Jabodetabek, Solo, Surabaya dan
Makassar. Doain aja ke depannya AT bakal menambah cabang di 34 provinsi di
Indonesia. Kalau perlu di semua kota sam;pai pelosok Indonesia ada cabang AT :v