Jejak-jejak Karyaku

Friday, April 5, 2013

Novel solo kedua


Beda Usia Why Not?



               
Prolog

RELA, 1 kata sederhana terdiri dari 4 huruf tapi begitu sulit dilakukan oleh hati. Sampai detik ini aku masih belum merelakan kepergiannya. Kepergiannya membawa pergi seluruh hatiku. Hingga aku tak bisa lagi jatuh cinta. Bahkan aku tak mengerti apa itu cinta? Dia selalu bermain di setiap mimpi-mimpiku. Dan dia juga yang menghampakan hari-hari yang kulalui.
            Aku tak sanggup terjaga lagi. Aku bagaikan seonggok jiwa tanpa raga. Melayang lemah di muka bumi ini. Penuh warna, tapi aku tak ingat siapa diriku? Yang kuingat hanyalah pelukan terakhirmu untukku.
            “Nona manis saatnya disuntik dulu ya? Biar cepat sembuh,” ujar seorang pria yang memakai jas putih.
            “Aku nggak mau disuntik aku mau ke surga nyusul dia!” teriakku. Aku hendak berdiri namun pria berjas putih itu menahanku. Aku meronta sekuat tenaga. Tak lama kemudian aku merasakan jarum sentik menyentuh kulitku. Seketika gelap. Tak tahu apa yang terjadi. Semoga saat aku membuka mata, aku telah berada di surga bersama dia yang kucinta.

           












1.
My Life

            Aku turun dari mobil mewah. Kini aku telah tiba di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Semua mata tertuju padaku. Siapa sih yang tak mengenalku? Aku adalah Tantrini Aditya Putri, anak dari pengusaha besar di Indonesia. Aditya putra itu lah nama ayahku.            Dia pemilik radio terbesar di Indonesia, bahkan memiliki cabang di luar negeri. Hal inilah yang membuatku selalu dikejar-kejar cowok.
            Lebih dari 10 cowok cintanya aku tolak mentah-mentah. Sampai detik ini aku belum tertarik oleh cinta. Bukan karena aku nggak normal, tapi karena aku merasa tidak memerlukan cinta. Setiap saat aku menghabiskan waktu bersama 4 sahabatku, Helena, Iqbal Revalina, dan Revando. Selain itu cowok-cowok yang pernah menyatakan cinta padaku, bukan termasuk type cowok idamanku. Aku mendambakan cowok seperti       Robert Pattison, itu lho pemeran Edward Cullen di film Twiligth.
            4 sahabatku itu sebenarnya masih ada ikatan saudara denganku. Helena adalah anaknya Om Tony dan tante Hilda. Kata mamaku sih om Tony itu kakaknya papa yang sudah meninggal. Karena om Tony juga lah papanya sekarang jadi kaya. Ya, separo harta om Tony diwariskan pada papaku. Berarti aku dan Helena sepupuan. Iqbal anaknya om Furqon, om Furqon adalah adiknya papa, aku dan Iqbal sepupuan. Revalina dan Revando, mereka saudara kembar. Mereka anak tante Rara, adik angkat mamaku.
            Drtttttt …. Drttttttttt handphone di tanganku bergetar. Aku langsung menekan tombol Answers, tanpa melihat siapa yang menelponku.
            “Gue  dah ada di kampus nih, kalian ada dimana? Oh, di kantin. Oke gue egera ke sana.” ucapku. Sambungan telpon pun terputus. Ya, orang yang nelpon barusan adalah Helena. Aku segera menuju kantin.
            Aku tiba di kantin. Suasana kantin sangat ramai. Secara makanan yang di kantin ini sangat enak. Tak jika banyak mahasiswa dan mahasiswi lebih memilih sarapan di kantin daripada sarapan di rumah.
            Aku celingak-celinguk mencari 4 sahabatku. Biasanya aku dan mereka makan di meja nomor 2. Tapi kenapa sekarang meja tersebut ditempati orang lain? Kemana mereka? Tiba-tiba handphoneku bergetar lagi. Di layar tertulis 1 pesan diterima. Cepat-cepat aku membuka pesan tersebut.
            From : Helena
            Gue dan teman2 ada di meja nomor 10. Meja paling pojok sebelah kiri.
            Aku mengedarkan pandanganku ke meja nomor 10. Dan ternyata benar 4 sahabatku sudah nangkring di sana. Sebelum aku menghampiri mereka, aku memesan makanan terlebih dahulu.
            “Bu, aku pesen nasi rames seperti biasa ya? Minumnya es jeruk, terus nanti makanannya diantar ke meja nomor 10 ya?” Meskipun aku anak orang kaya tapi makanan kesukaanku tetap nasi rames. Ibu penjaga sudah hapal porsi pesananku.
            “ Baik Neng. Oh iya Neng tadi ada yang bunga ini katanya buat Neng Tantrini,” ucap Ibu penjaga kantin. Aku menerima bunga yang diberikan ibu penjaga kantin. Ditangkai bunga ada terikat sebuah kertas. Aku baca kertas tersebut.
            Bunga mawar yang cantik, khusus aku berikan pada nona yang cantik pula by Pengagum rahasiamu
            Aku mengernyitkan dahi. Ini kelima kalinya aku menerima bunga mawar dari pengagum rahasia. Aku penasaran siapa sih pengagum rahasiaku?
            “Woy, Tantri cepat sini!” teriak Helena. Teriakan itu memnbuyarkan lamunanku. Aku pun bergegas menghampiri Helena dan 3 temanku yang lain.
            Sekarang aku telah berada di meja nomor 10.
            “Ciyeeeeee , yang dapet bunga mawar lagi dari pengagum rahasia?” ujar Revalina membuka percakapan.
            “Ya gitu deh.” Jawabku singkat.
            “Tan, lo nggak penasaran ma pengagum rahasia lo? Kenapa lo nggak ajakin dia ketemuan aja? Siapa tahu pengagum rahasia lo mirip Robert Pattison,” celetuk Helena.
Aku terdiam sesat. Kata-kata Helena ada benarnya juga. Aku melirik kea rah Iqbal, ingin minta pendapatnya. Tapi ternyata wajah Iqbal terlihat murung, seperti orang nggak makan selama sebulan.
“Bal, lo kenapa? Lo sakit?” tanyaku.
“Nggak apa-apa kok,” jawabnya singkat.
Aku tahu betul sifat Iqbal. Meskipun mulutnya berkata tidak tapi aku tahu hati Iqbal ada apa-apa. Aku harus cari tahu apa yang dialami Iqbal. Tiba-tiba nasi rames pesananku dating. Langsung saja aku melahap nasi rames tersebut.
“Oh ya hari ini kita mau kemana?” Tanya Iqbal mengalihkan pembicaraan.
“Ke mall,” jawabku.
Ya, begitulah aku dan teman-teman kami malas kuliah. Aku ke kampus hanya untuk makan nasi rames. Setelah itu bolos kuliah. Aku masuk kuliah hanya pada saat mata pelajaran Pak Lucas, dia dosen tercakep di universitas ini. Pak Lucas berusia 35 tahun, beliau masih single. Penampilan pak Lucas mirip dengan penampilan Robert Pattison. Hal itu lah yang membuat aku kesemsem dengan beliau.

            “Sori, Tan. Gue dan Revalina nggak bisa ikut ke mall, kami dimarahin mama karena keseringan bolos kuliah,” ucap Revando.
            “Kok bisa ketahuan sih?”
            “Ya, kami kan anak baik dan jujur jadi nggak bisa bohong ma mama,” sahut Revalina.
            “Kalau lo gimana Hel? Bisa ikut?” tanyaku pada Helena.
            “Gue juga nggak bisa ikut. Kata mama gue kalau ketahuan bolos lagi maka uang jajan gue dipotong,” ujar Helena. Aku hanya bisa manyun.
            “Tenang, masih ad ague yang selalu setia menemani lo, Tan.” Sahut Iqbal tiba-tiba. Aku langsung memeluk Iqbal.
            “Thanks Iqbal, lo emang sahabat sekaligus sepupu gue yang paling baik.”
****
            Kini gue telah berada di sebuah taman yang sangat indah. Taman ini penuh bunga-bunga. Dan di ujung taman ada air terjun. Apakah taman ini adalah taman surga? Siapa yang membawa gue ke sini? Tiba-tiba ada menyentuh pundak gue. Gue membalikkan badan. Ternyata di belakang gue telah berdiri seorang wanita sangat cantik mirip     Bella Swan, dia memakai gaun putih yang sangat anggun. Wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Reisha, kekasih gue yang meninggal 20 tahun silam.
            “Edward, maafkan aku,” ucap Reisha.
            “Maaf kenapa? Kamu nggak pernah punya salah ma aku.”
            “Maaf karena aku selalu menemuimu, kamu sampai saat ini belum menikah juga. Edward kehadiranku kali ini sebagai kehadiran terakhir kalinya. Aku takkan muncul lagi. Aku mohon lupakan aku, menikah lah dengan wanita lain.” Ucapnya dengan wajah sedih.
            “Riesha, jangan bicara seperti itu. Mana mungkin aku bisa menikah dengan wanita lain, dalam hatiku hanya ada kamu. Aku ingin kamu yang menikah denganku.”
            “Edward kita beda alam. Sampai kapan pun kita takkan pernah bisa bersatu! Maaf waktuku telah habis. Aku harus pergi. Selamat tinggal Edward!” perlahan-lahan Reisha menghilang dari penglihatan gue.
            “Reisha, jangan tinggalkan aku! Aku tak bisa hidup tanpamu!” teriak gue sekeras-kerasnya. Seketika gue terbangun dari tidur.
            Kesekian kalinya gue mimpi Riesha. Tapi kenapa kali ini Reisha meminta gue menikah dengan wanita lain? Sanggup kah gue memenuhi permintaan Reisha?
            Gue Edward, usia gue 37 tahun. Sejak kepeergian Reisha, hati gue tertutup oleh wanita mana pun. Hanya Reisha lah satu-satunya wanita yang mirip Bella Swan. Selain cantik Reisha juga baik hati dan setia kawan. Reisha meninggal karena dibunuh Lidya, sahabatnya sendiri.
            Gue melirik jam weker. Jarum jam telah menunjukkan pukul setengah Sembilan pagi. Gue langsung ngacir ke kamar mandi. Gue nggak mau telat masuk kantor. Gue saat ini kerja di Ariny radio. Radio milik om Adit. Om Adit adalah sahabat papa angkat gue. Ya, saat ini gue tinggal bersama mama dan papa angkat gue. Orangtua kandung gue sudah meninggal. Walaupun mereka hanya orangtua angkat gue tapi mereka sangat menyayangi gue. Semua keinginan gue pasti dituruti.

No comments:

Post a Comment