Jejak-jejak Karyaku

Showing posts with label Kasus Literasi. Show all posts
Showing posts with label Kasus Literasi. Show all posts

Sunday, April 8, 2018

Apa Pentingnya ISBN? (Kasus ISBN Turunan)


Hari ini lagi-lagi ada yang laporan soal ISBN palsu. Bagi dedek gemesh (READ : PENULIS PEMULA), pasti bertanya-tanya, ISBN itu apa? Terus fungsi ISBN untuk apa? Baiklah, akan aku jelaskan satu persatu pertanyaannya.

   Pengertian ISBN :

ISBN (International Standard Book Number) adalah kode pengidentifikasian buku yang bersifat unik. Informasi tentang judul, penerbit, dan kelompok penerbit tercakup dalam ISBN. ISBN terdiri dari deretan angka 13 digit, sebagai pemberi identifikasi terhadap satu judul buku yang diterbitkan oleh penerbit. Oleh karena itu satu nomor ISBN untuk satu buku akan berbeda dengan nomor ISBN untuk buku yang lain.

Saturday, March 24, 2018

Plagiat Again

Sejak kasus AFI, tindakan plagiarisme semakin bermunculan. Terakhir heboh penulis wattpad plagiat novel yang terbit di mayor. Hari Jum'at tanggal 24 Maret 2018, pas gue bangun bobo buka chat 7 somplak mereka bahas dunia literasi kembali heboh soal plagiat. Lebih mengejutkan lagi pelakunya Devi Eka, runner up Unsa Ambasador. Info yang aku dapet karya yang diplagiat Pika bukan cuma 1 tapi ada 3. Dan semua hasil plagiatan dimuat di koran.

Thursday, December 28, 2017

Hari Kebangkitan Rio (Kasus Penerbit Wriward)

1 Juni 2017
Dewi sohib yang kupercaya untuk memata-matai NC Media waktu lalu tiba-tiba inbox aku. “Hallo, kakak. Apa kabar? Dewi bawa something. Kakak tau penerbit Wriward Publisher?”
Aku balas inbox Dewi dengan kalimat, “Something apa tuh?”
Selang lima menit Dewi mengirimkan beberapa foto screenshot yang membuat mataku melebar.

Sunday, September 3, 2017

PLBK (Penipu Lama Bangkit Kembali)

Pada tanggal 12 Juni 2017, aku diminta mbak Vanny (Owner Multisia) buat daftarin ISBN. Katanya itu ISBN penerbit mayor yang mau kerjasama ma Multisia. Penerbit mayor itu bernama Queens Media Nusantara. Buku yang mereka daftarkan ISBN make Multisia berjudul ‘Ustadzah Seorang Pelacur’ Awalnya aku merasa heran, penerbit mayor kok judulnya bleeh? Memicu perdebatan. AT aja kalau judul kurang greget langsung tak ganti. Keanehanku bukan itu saja. Penerbit  mayor kok nebeng ISBN ke penerbit indie? Harusnya kan punya aknot sendiri. Aku berhutang budi sama Mbak Vanny karena selama ini dia bolehin aku make akun Multisia di PNRI buat daftar ISBN AT, jadi aku penuhi permintaan Mbak Vanny.

Tuesday, January 3, 2017

Kasus NC Media



Sekitar akhir September 2016, humas KPPA – Ikhsan Ardiansyah menemukan kecurigaan terhadap penerbit baru bernama NC Media, berdomisili Pekan Baru. Dia mencurigai karena merasa kode pos alamat NC Media rada aneh. Hal itu membuatku tergerak untuk menelusuri penerbit NC Media lebih jauh.
            Pertama-tama cek web isbn.perpusnas.go.id untuk mengetahui NC Media udah terdaftar di PNRI atau belum. Eh, malah menemukan fakta di web PNRI NC Media tertulis ‘bermasalah. Kedua aku ngubek-ubek blog NC Media. Di blog aku menemuka hal rada aneh tertulis NC Media mencari naskah untuk difilmkan. Segampang itukah naskah difilmkan? Emang owner NC Media sekelas mami Tisa TS? Langkah ketiga aku menelusuri instagram NC Media. Postingan di IG semuanya tentang promo HP atau laptop. Sesaat kemudian aku mengerutkan dahi, sebenarnya NC Media itu penerbitan atau toko HP?

Wednesday, December 28, 2016

Kasus Miss Ngibul



Kasus Miss Ngibul


Yang lagi heboh sekarang mah ceramah habib Rizieq. Kita hidup di zaman awalnya nuntut ujung-ujungnya malah dituntut.
Beliau kemarin getol banget nuntut ahok dipenjara, lah sekarang malah dituntut.
Hal itu sama seperti miss ngibul alias Lavira Wati atau biasa dipanggil Lavira Azzahra.
Tahun 2016 kan kasus literasi yang booming adalah kasus Rio, lini AGP, Juan. Nah si Miss Ngibul ini semangat banget jadi penengah kasus-kasus tersebut. Makanya pas awal KPPA berdiri dia diangkat jadi ketua. Terus Mbak Anisa & Mbak Rina inbox kurang setuju klo dia jadi ketua. Hingga akhirnya terbongkar kebohongan yang dilakukan miss ngibul. Adapun kebohongannya antara lain :

Tuesday, August 2, 2016

Kasus antara Ami, Juan dan beberapa penerbit abal-abal



Di facebook aku  banyak berteman dengan penerbit mayor. Pada tanggal 1 April 2016 aku lihat postingan Penerbit Rumah Kreatif yang mencari naskah yang diterbitkan secara mayor. Karena aku banyak punya naskah, aku iseng kirim ke sana. Naskah yang kukirim adalah novel Cinta pertama atau pacar pertama (KBS season 2) dan September Wish . Ajaibnya tanggal 3 april admin FB RK inboxku , katanya naskahku acc. Cinta Pertama make royalty, September Wish make Jual putus. Jelas aja aku senang.
Tanggal 5 April naskahku yang di acc itu covernya dah jadi. Yang bikincover Ami Wulandari. Agak aneh sih mayor proses secepat itu. Terlebih cover udah ada mou lum dikirim. 2 Novelku di mayor lain satu tahun lebih nggak jelas kapan terbit. Penampakan cover pun kagak muncul-muncul.  Tapi coba berbaik sangka aja. Aku desak admin RK buat kirim mou. Tanggal 15 april aku ditelpon Juan Ganesha, head in editor RK katanya minta maaf atas keterlambatan kirim mou. Sore harinya Mou dikirim lewat email. 

Monday, February 1, 2016

Kasus si Rio

 Halo, blogger.
Akhir Januari 2016 beranda facebookku penuh ngebahas kasus Rio. Hah? Siapa tuh Rio? Yang pastinya  sih bukan Rionaldo Stokhorst pemain sinetron itu melainkan Rio Dwi Cahyo. Pasti kalian bertanya-tanya, kasus apa sih yang diperbuat olehnya? Dan kenapa kasus itu sampe buming di fb? Emang dia artis?
Rio itu masih anak sekolahan tapi sok-sokan bikin penerbitan indie. Nggak tanggung-tanggung dia bikin 4 penerbitan indie. Namanya Citra Gemilang, RD Publishing, Dwi Linggo, dan Fiksi Media.
Sebenarnya sah-sah saja anak sekolah dirikan penerbitan, asal dia bener ngurus usahanya itu. Nah, Rio? Dia sama sekali nggak becus. Akibatnya banyak korban.
Aku pun jadi korbannya juga. Ceritanya gini.

Saturday, October 17, 2015

Penerbit PHP (Pemberi Harapan Palsu)



Zaman sekarang banyak yang ngaku penerbit mayor padahal bermental indie. Salah satunya adalah AGP, Alif Gemilang Pressindo. Penerbit itu awalnya memang indie tapi tahun 2012 jadi mayor. Bukunya beredar di gramed sih.
            Kenapa aku hati ini berbicara soal AGP? Jawabannya karena aku punya pengalaman pahit sama itu penerbit. Ceritanya gini:
            Tahun lalu 2014, tepatnya bulan juni/juli virra ditawari garap naskah orderan novel kolaborasi sama mas Bagus, owner AGP. Tema novel Mak comblang. 1 Novel penulisnya max 10 orang. Vira merekrut 9 penulis lain salah satunya aku. Dan penggarapan novel itu dikasih waktu 1 bulan. Katanya novel itu nanti akan terbit mayor AGP. Oke, kami ambil tantangan itu.
            Satu bulan udah selesai, revisi dan kirim ke AGP. Sekitar 1 bulan kemudian beneran di acc penerbit mayor AGP. Dan kami sepakat make jual putus aja biar cairnya cepet. Karena kami masih pemula yang penting novel nangkring di gramed lah. Mereka setuju terus ngirim mou ke Vira, ketua proyek novel kolaborasi.
            Setelah tanda tangan mou, vira Cuma dapet transfer 500 ribu padahal jual putus di mou 1.5000.000,- lagi-lagi kata ownernya sisa pembayaran setelah novel beredar di gramed. Dalam hati aku ngerasa aneh, 2 novelku yang make jual putus langsung dibayar lunas.
            SSingkat cerita konflik terjadi setelah ntu novel terbit dan masa preorder habis. Preorder gak mencapai 100 eks maka buku batal terbit di gramed. Jelas gue langsung naik darah. Perjanjian itu nggak ada di mou.
            Aku juga Tanya ke om Oke Sudrajat, penulis yang novelnya di acc AGP.

            Ariny Nurul Haq
om oke novelnya pernah terbit di alif gemilang pressindo kan? nah, aku mau nanya pas novel om oke terbit mereka mentargetkan preorder 100 eks gak? klo preorder gak nyampe 100 eks gak jadi diedarkan ke gramed.
#tolong banget dijawab. penting
Oke Sudrajatt
23/10/2014 12:24
Oke Sudrajatt

Aku gak ada target, mereka yg minta naskah untuk diterbitkan
23 Oktober 2014
Ariny Nurul Haq
23/10/2014 19:41
Ariny Nurul Haq
Hiks teganya penerbit itu membedakan penulis pemula dan senior. Naskahku di acc dikasih mou jg. Dah terbit n preorder tapi tiba2 mereka bilang preorder harus terjual 100 eks dulu klo gak batal beredar di gramedia
            Mendengar jawaban om Oke, aku merasa terzolimi. Diperlakukan nggak adil. Jelas dong aku marah? Aku ngeluarin unek-unek hati di blog. Ngebeberi semuanya di blog..
            Tak lama kemudian mas Bagus, ngebbm aku ngejelasin bahwa aku salah paham. Katanya buku tetap beredar di gramed asal penulis pindah ke system royalty, biar nggak merugikan penulis. Aku heran baru kali ini ada penerbit mou-nya bisa berubah dari system jual putus ke royalty. Tapi aku nggak ambil pusing. Bagiku yang penting ntu novel nangkring cantik di gramed. Dan akhirnya kami sepakat pindah ke system royalty.

            Sampai 2015, ntu novel tak kunjung ada kabar kapan nangkring di gramed. Aku tanyain mas Bagus,  dia jawab nunggu jadwal terbit kalau gak maret april. Ini bukti ucapan dia.

            Tapi faktanya sampe sekarang ntu novel gak ada kabarnya kapan beredar di gramed. Aku tanyain nggak pernah direspon!
Beberapa minggu setelahnya aku liat om wenda novelnya terbit di sana sumpah cepet banget nangkring di gramed.
Lagi-lagi aku merasa dizolimi dan diperlakukan nggak adil. Apa karena aku dan temen-teman masih belum punya nama jadi mereka bisa seenaknya ngulur-ngulur waktu terbit? Penulis pemula nantinya akan jadi penulis best seller dan aku bakal bikin mereka nyesel mempermainkan aku.
NB : Jangan ada yang koment, “Mbak, mbok dibicarakan baik-baik dulu? Ntar jatuhnya pencemaran nama baik loh!”
Jawabanku simple. Tak mungkin ada asap klo nggak ada api. Aku nggak mungkin kayak gini kalau mereka dari dulu ngerespon pertanyaanku untuk ngasih penjelasan kapan ntu novel beredar di gramed.
            Aku posting di blog karena nggak mau kalian jadi korban PHP ntu penerbit.