Jejak-jejak Karyaku

Thursday, December 28, 2017

Hari Kebangkitan Rio (Kasus Penerbit Wriward)

1 Juni 2017
Dewi sohib yang kupercaya untuk memata-matai NC Media waktu lalu tiba-tiba inbox aku. “Hallo, kakak. Apa kabar? Dewi bawa something. Kakak tau penerbit Wriward Publisher?”
Aku balas inbox Dewi dengan kalimat, “Something apa tuh?”
Selang lima menit Dewi mengirimkan beberapa foto screenshot yang membuat mataku melebar.







Yang membuat mataku melebar adalah konsep project Wriward Press sangat mirip dengan TAT. Ya, emang aku akui tidak ada ide yang murni. Yang mengadakan event Tantangan Menulis 1 Bulan banyak, tapi kenapa mereka harus ada denda bagi telat ngirim, outline dari penerbit dan ada pembantaian naskah juga. Itu kan ciri khas TAT banget. Emosiku naik ke ubun-ubun. Aku nggak terima kreatifitas TAT yang aku ciptakan sepulang dari acara Telkomsel award dijiplak seenak udel sama orang lain.
Kebiasaan jelekku dari dulu kalau lagi emosi dilampiasin ke facebook. Aku upload beberapa screenshot yang dikirim Dewi ke FB. Dengan keterangan foto, “Ciyeee ... yang ngefans ma TAT. Kalau ngefans bilang dong, jangan main jiplak kayak gini. Nggak kreatif banget sih.”
Sehabis melampiaskan ke facebook aku merasa sedikit lega. Aku matikan HP lalu coba tidur.
Besok harinya ketika aku bangun tidur dan buka HP, ada banyak notifasi dari FB. Ternyata banyak yang mengomentari foto yang kupload tadi malam. Tapi ada juga beberapa inbox. Salah satunya dari Wriward Press. Mereka minta maaf karena sudah menjiplak event TAT tanpa izin.
Aku menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya secara perlahan. Jari-jari kugerakan untuk mengetik balasan inbox mereka.
“Iya, nggak apa kok.”
  Balasanku singkat, padat dan jelas. Walau lidahku memaafkan mereka tapi tetap saja nyesek itu susah hilang. Rela, satu kata sederhana terdiri empat huruf namun begitu sulit dilakukan oleh hati. Sudah hukum alam sepertinya.
Malam harinya aku masih jengkel sama penerbit itu. Lalu aku laporkan akunnya ke fb. Akunnya berhasil ditutup fb, tapi sehari kemudia mereka berhasil memulihkan fb dengan ganti nama menjadi 'penerbir wriward'
Mereka meyakinkan penulis bahwa mereka bukan penerbit abal-abal. Fix. Usahaku membumi hanguskan akun itu gatot. Jika usaha gagal, aku masih punya senjata lain. Doa dan sumpah aneh-aneh. Aku doain penerbit itu cepet kolaps.
Selang 3-4 bulan doaku terkabul. Ada temenku inisial DS, dia melaporkan bahwa penerbit wewe tanpa gombel. Ini ss-nya.
Aku posting ss dari SS ke fb pribadi berharap mereka klarifikasi. Namun bukan klarifikasi yang aku dapat melainkan fakta mengejutkan. Ada yang koment di statusku itu bahwa semua penjualan buku WW transfer ke atm bri atas nama Rio Dwi Cahyono.
Dunia literasi terutama indie, siapa sih yang gak kenal Rio? Rio itu udah gak diragukan lagi tingkat keabal-abalannya. Makanya guys, klo nemuin atm atas nama Rio, batalkan teansaksi. Daripada apes. Hayo?

No comments:

Post a Comment