Jejak-jejak Karyaku

Monday, August 21, 2017

Kenapa Penulis Kudu Order Buku Antologi Sendiri? Terus Uang Penjualan Buku Lari Kemana?

Nggak enaknya punya usaha penerbit indie itu banyak yang nyinyir, menyinggung, menduguh dan terang-terangan menghina menggunakan kata-kata frontal.  Seperti yang aku rasakan malam ini, aku nggak sengaja baca status seorang teman di FB. Isi
 statusnya gini :
Baca status itu aku langsung baper sekaligus kesalnya. Isi statusnya seolah-olah nuduh penerbit indie nilep duit penulis. Mungkin bagi penulis pemula pasti juga memiliki pemikiran. Baiklah, akan aku jelaskan secara detail tentang penerbit indie.



Perlu diketahui penjualan  buku terbitan indie itu nggak kayak mayor laku ratusan bahkan ribuan eksemplar. Yang beli buku terbitan indie ya penulisnya sendiri buat dijual ke orang lain. Kenapa penulis Cuma dapat potongan harga doang? Potongan harga itu pengganti royalti. Misalnya harga satu buku Rp. 40.000,- otomatis royalti penulis 4000/buku, jadi penulis order cukup Rp. 36.000,- tok. Jika penulis berhasil menjual buku antologi tersebut sebanyak 100eks, maka keuntungan yang didapat penulis 4000x100=400.000.
Kenyataannya adalah dari 20 kontributor buku antologi, yang beli buku terbitnya paling banyak 5 orang. Masing-masing penulis mentok order 2 eks tobukak. Keuntungan penerbit indie yang sebanyak yang kamu tuduhkan. Paling banyak 10.000/eks. Nah, jika buku terjual Cuma 10 eks, berarti keuntungan didapat cuma 100.000. Penerbit tombok loh. Kok bisa? Karena untuk melahirkan 1 buku, penerbit harus bayar desain cover  100.000, editing 100.000, layout indie 50.000, dan 2 buku terbit kirim ke pnri 100.000.
Kalau semua kontributor dapet buku terbit gratis yang ada penerbit indie bangkrut. Selain itu dengan membeli buku antologi itu berarti penulis menghargai karya orang lain. Bukankah kalau kita ingin karya dihargai kita terlebih dahulu menghargai karya orang lain?
Menjawab pertanyaan di pict poin 2, kok bisa event penerbit indie banyak yang minat? Itu karena mereka berkarya dengan cinta. Bekarya dengan cinta jauh lebih asyik dibanding  belum apa-apa udah mikirin duit. Jatuhnya ntar nyesek. Percayalah keringat nggak akan mengkhianati hasil. Jilka manusia nggak bisa menghargai keringatmu maka Tuhan sendiri yang membayarnya dengan membukakan pintu rezeki di tempat lain.
Contohnya aja aku, aku juga awal-awal terjun ke literasi itu berburu event penerbit indie. Lihat hasilnya sekarang, aku bukan Cuma dapat duit dari hasil buku, aku udah diundang ke Hitam Putih, penghargaan tsel award, tivi lokal, dan seminar menulis. Ini bukti Tuhan nggak tidur, DIA selalu memberikan balasan pada umatnya yang mau berusaha. So, jangan nuduh penerbit indie macem-macem lagi ya. Tujuan penerbit indie sesungguhnya hanyalah membantu penulis pemula punya karya.

2 comments:

  1. Kadang mereka yang berkoar yang gak paham ka ariny. Ngomong hanya dilihat dari satu sisi tanpa liat sisi lainnya.

    ReplyDelete
  2. horas bah dari aku. semangat kak Ariny. seperti lirik lagu NOAH "tak perlu dengar kata mereka teruslah berjalan".
    HORAS anak medan.

    ReplyDelete