Tahun 2016 banyak
yang mengatakan aku lagi tokcer alias tahun keberuntungan buatku. Pasalnya bulan
Mei 2016 ke Jakarta menerima penghargaan anugerah telkomsel 2016, eh bulan
Agustus terbang ke Jakarta lagi karena diundang ke Hitam Putih.
Banyak yang nyinyir, “Wah, enak
banget lo sekarang makin sukses. Blabla ...”
Suksesnya aku baru tahun ini, sedangkan
aku harus nerima kengenesan sejak SD. Kali ini aku nggak ingin membi carakan
kengenesanku sejak SD, karena sudah kutulis di novel #KauBegituSempurna. Aku
ingin berbagi kisah kengenesanku di dunia literasi.
Seperti yang aku bilang tiap diliput
wartawan koran atau tivi, aku menerima penolakan mayor label 50 kali. Padahal
selain itu masih banyak kengenesanku di dunia literasi. Di antaranya :
1. Terjebak Kasus ISBN palsu.
Tahun 2012 aku terjun ke penerbitan indie sebagai penanggung jawab
lomba menulis dan editor freelace. Apesnya penerbit tempatku kerja itu ternyata
belum memiliki akta notaris. Buku-buku terbitannya menggunakan ISBN palsu. Efeknya
aku didemo kontributor, dituduh kongkalikong sama penerbit itu. Padahal aku
sama sekali nggak tahu menahu sama kejahatannya.
2. Di-PHP-in mayor label.
Tahun 2014 aku nulis novel kroyokan sama teman-teman hasil orderan dari
mayor label. Ketika dah selesai TTD kontrak jual putus, mereka ngasih DP dulu
500 ribu sisanya habis terbit. 2 minggu kemudian buku itu terbit terus buka PO.
Satu bulan kemudian tiba-tiba penerbit itu bilang nggak jadi terbit mayor
gara-gara penjualan PO nggak mencapai target 100 eks. Padahal hal itu nggak ada
di MoU.
3. Dimanfaatkan oleh owner penerbit abal-abal
Baca kisah selengkapnya di link : http://arinynurulhaq91.blogspot.co.id/2016/08/kasus-antara-ami-juan-dan-beberapa.html
4. Dikibulin oleh orang yang dah kuanggep
saudara selama 1,8 tahun
Bagian ini nggak perlu gue ceritain lah ya. Karena dia dah menebus
kesalahannya.
Nggak usah ditanya apa yang aku
rasain ketika berhadapan dengan kasus-kasus di atas. Jawabannya jelas Down.
Bahkan aku nyaris mau mundur dari dunia literasi. Tapi Ratri Desmayana- penulis
novel ‘Ups, Arla!’ tiap aku kena kasus dia selalu memberikan semangat untukku.
Dia bilang gini, “Masalah bikin lu naik level, Rin.”
Kini aku merasakan apa yang dirasakan
Ratri itu benar.
Dari kasus nomor 1 membawaku punya
penerbitan indie sendiri yang bernama Arsha Teen. Kasus nomor 2 membawaku
dikenal oleh wartawan-wartawan koran dan tivi. Kasus nomor tiga 3 membawaku
meraih penghargaan anugerah telkomsel 2016. Kasus terakhir membawaku diundang
oleh Hitam Putih.
Ngomongin Hitam Putih, aku bisa
diundang ke sana berkat jerih payahku juga sih. Penasaran nggak gimana caraku bisa
diundang HP? Baca aja novel ‘Melepasmu untuk Sementara’ (KBS Season 2). *ujung-ujungnya
promo
Intinya postingan adalah kalau lu
mau nyinyir orang sukses, lu kudu cari tau dulu perjuangan dia mendapatkan
kesuksesan itu. Jangan bisanya cuma nyinyir doang.
Aku sih cuek sama nyinyiran orang. Yang penting aku bisa foto selfie sama om Choky Sitohang. Dia aslinya ganteng banget. Putih, tinggi, berotor dan ramah pula. Sebelum take, aku diajakin ngobrol ma dia, Bahkan waktu acara selesai, dia bantuin angkatin kursi rodaku. Duh, gusti dia artis nyaris sempurna. Coba kalau belum punya istri tak gebet wkwkwk :p
Super sekali. Tidak ada kesuksesan instan memang di dunia ini. Butuh perjuangan dan jungkir balik. Semangat Mbak arini, maju terus. . .pantang mundur ..
ReplyDeleteMbak Ariny, aku pun salah satu hamba yang punya perbedaan fisik. Sering dicemooh dan kisah Mbak sangat menginspirasi saya untuk terus berkarya.. Tetap semangat dan teruslah berkarya! 😊
ReplyDelete